Little Feet

Take steps, take actions.
-Talisa Noor-

Sunday, April 15, 2012

Saya dan KRL



Sebenarnya, saya sangat menyukai perjalanan di KRL AC. Nyaman rasanya duduk santai di ruang yang dingin dan bergerak. Melihat ke luar, kamu bisa merasakan aktivitas kota, melihat mobil-mobil dan motor-motor dan pejalan kaki, melihat gedung-gedung, jalan raya, pohon-pohon. Melihat ke dalam gerbong, kamu bisa melihat orang-orang, bagaimana mereka berpakaian, buku apa yang mereka baca, juga membayangkan apa yang sedang dipikirkan mereka dan mau kemana mereka, apakah mereka punya anak, bagaimana masa kecil mereka. Yah, hal-hal tidak penting macam itulah.

Menurut saya, KRL adalah tempat yang nyaman untuk merenung. Aneh, memang. Oh ya, kenyamanan seperti ini juga bisa didapat dalam bus Transjakarta. Cukup naik dan mengikuti bus berhenti sampai ujung rute lalu kembali lagi. Cukup duduk (atau berdiri) dan melihat sekeliling.

Momen kesendirian ini bisa kita jadikan momen untuk merenung dan mengenal diri sendiri, sekaligus bersyukur karena dalam momen kesendirian itupun kita tau bahwa, sebenarnya kita tidak sendiri. Kita mungkin punya masalah hidup, target-target, mimpi yang harus diraih, dan mungkin merasa lelah dan hampir putus asa. Namun melihat orang-orang yang ada di jalan, di bus, di kereta, mereka yang sedang menjalani hidupnya. Melihat mereka, somehow membuat saya sadar, mereka juga manusia yang punya mimpi seperti saya, mereka juga berjuang untuk hidup seperti saya.

Dan mereka BERGERAK untuk hidup. Mereka berangkat bekerja, entah apapun profesinya, entah apapun masalah yang mereka hadapi di rumahnya atau kantornya. Mereka berangkat kuliah, dan entah bagaimana saya membayangkan gejolak muda mereka dan mipi-mimpi mereka, yang mereka sedang berusaha untuk mencapainya. Mungkin dari orang-orang ini, ada yang bermimpi menjadi pengusaha kaya, mungkin ada yang bermimpi menciptakan perdamaian dunia, mungkin ada yang ingin mendapatkan promosi di tempat kerjanya, mungkin ada yang ingin menjadi menteri, dokter, pengacara, mungkin ada yang ayahnya sedang sakit keras dan ia berusaha untuk memberikan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya... Dan sejuta kemungkinan lainnya. Namanya juga hidup. Siapa yang tahu persis apa yang sedang dialami seorang manusia asing lain yang kita temui di busway? Tapi yang pasti, mereka juga punya latar belakang sendiri.

Melihat orang-orang itu, saya merasa tidak sendiri. Saya bersyukur tinggal di Jakarta yang penuh dengan orang. Walaupun macet, padat, jenuh, kota ini memberikan kesempatan bagi saya untuk melihat orang-orang ini. Dan melihat mereka, memberikan energi tersendiri bagi saya. Jika mereka saja bisa punya kekuatan untuk mengarungi macet, polusi, panas untuk kehidupan mereka, kenapa saya tidak bisa?


4 comments:

deadyrizky said...

lho tasa berangkat kerja ke bpk naik krl? wew. kalo iya berarti kosannya jauh banget yah

Tanaya said...
This comment has been removed by the author.
Tanaya said...

Its so great u can think so positively and learn from ur surroundings that way. Admire u^^

Talisa Noor said...

Deady: sebenarnya ngak jauh sih mas, lagian seringnya aku naik KRL pas weekend aja :)

Naya: thanks mbak ^^ I admire u too, ur writings are great