"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)
*sebuah teguran yang lembut untuk saya dan pengingat untuk yang mau diingatkan*
Terkadang saya iri dengan orang yang bisa woles aja ketika dizalimi atau melihat ketidakadilan. How could they do that? Doesn't it raise their anger?
Semester ini saya sering dikasih tugas seorang dosen, kemudian saya udah ngerjain tugasnya, ada yg sampe nggak tidur semaleman (tugas mata kuliah lain juga banyak, jadi waktunya harus dibagi dong). Eh ternyata tugasnya ga jadi dikumpulin karena mayoritas murid di kelas ga ngerjain tugasnya. Bukan sekali hal itu terjadi. Valid ga tuh pembatalan tugas karena mayoritas orang yang disuruh ga mau ngerjain?
Kenapa demikian? Karena dosen tersebut sering lupa dengan tugas yang sudah diberikan, sehingga tidak dikumpulkan. Siapa sih yang mau ngerjain tugas tapi nggak dikumpulin? Nah, dari situ, rekan-rekan satu kelas saya mulai ada memboikot tugasnya dan mempersuasi teman2 sekelas untuk tidak mengerjakan tugasnya. Lah, trus, saya yang udah ngerjain ini gimana?
Mereka juga aneh. Masa memboikot tugas beberapa jam sebelum kuliah? Berarti mereka memang belum mengerjakan padahal jam kuliahnya tinggal beberapa jam lagi di hari yang sama.
Kalo gitu, kapan dong negara ini maju? Mulai dari bangku pendidikan aja udah nggak disiplin gitu. Gimana nanti mereka meneruskan bangsa ini?
Sama aja kayak lalu lintas yang kacau di kota ini. Sepeda motor yang jalan melawan arus dibiarkan saja; lampu lalu lintas diterabas aja padahal belum ijo; mobil dan angkot tetep nekat jalan padahal lampu lalu lintasnya uda merah. Kenapa? Karena semua orang melakukannya. Nggak heran kalo macet dimana-mana. (fyi, I'm not talking about Jakarta now)
Saya heran juga dengan dosennya. Apakah beliau nggak sadar, beliau itu pendidik? Pendidik itu bukan sekadar mengajar aja lho, tapi juga memberikan teladan dan mengajarkan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi, seperti disiplin dan integritas. Menurut saya, dosennya juga ikut bertanggung jawab menjadikan mahasiswanya seperti itu.
Saya cuma nggak habis pikir. Yang membuat saya kesal adalah:
1. Saya merasa kerja keras saya sia-sia.
Seharusnya waktu yang dipergunakan untuk mengerjakan tugas tersebut bisa saya gunakan untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Atau paling tidak, seharusnya saya bisa tidur, supaya tidak sakit :(
2. Sistem pendidikan oleh dosen tersebut dapat menumbuhkan kebiasaan jelek pada mahasiswa, membuat mereka semakin tidak disiplin, dan saya khawatir itu akan berdampak buruk bagi negeri ini.
Oke, beberapa orang mungkin berpikir itu lebay. Ngapain sih mikirin masalah negara?
TAPI kalo bukan kita yang mikirin negara ini, trus siapa lagi? Kalau semua orang berpikir demikian, negara kita nggak terurus dong.
Kekecewaan saya terhadap Universitas Brawijaya bertambah lagi, untuk kesekian kalinya.
Somehow saya agak salut dengan kawan-kawan yang tidak mengeluhkan hal ini. Ada yang bilang ke saya, jangan menetapkan standar terlalu tinggi, dan jangan menjadi perfeksionis.
Okelah. Saya setuju bahwa setiap orang berhak memilih cara hidupnya masing-masing. Kalau mereka memilih untuk malas, silakan. Sebagai sesama mahasiswa, saya nggak bisa mengatur mereka.
Tapi saya nggak mau kehilangan idealisme saya. Buat apa saya hidup kayak hewan ternak yang selalu mengikuti hewan ternak lainnya?